FPI klarifikasi dan mengantisipasi pihak ke 3 yang akan menebar fitnah
================================================link
================================================link
FPI Jabar: Ceramah Habib Rizieq di Purwakarta untuk Menyelamatkan Umat, Bukan Menghina Adat
Bandung (SI Online) - Ketua DPD Front Pembela
Islam (FPI) Jawa Barat, KH Abdul Kohar mengklarifikasi bahwa ceramah
Imam Besar FPI Habib Rizieq di Purwakarta beberapa waktu lalu itu tidak
dalam rangka melecehkan adat Sunda seperti yang dituduhkan sejumlah
organisasi sunda.
Seperti diketahui, Aliansi Masyarakat Sunda melaporkan Habib Rizieq
ke Polda Jabar atas tuduhan penghinaan dan pelecehan terhadap budaya
sunda. Habib Rizieq dituduh telah memplesetkan salam orang Sunda
'sampurasun' menjadi 'campur racun'.
"Kami dari DPD FPI Jawa Barat ingin menegaskan, terkhusus pada
keluarga besar umat Islam di tataran sunda bahwa tidak betul Habib
Rizieq pada ceramah di Purwakarta itu melecehkan sapaan sunda yang
terhormat, 'sampuran' jadi 'campur racun', itu sama sekali tidak benar,"
ujar Kyai Kohar saat dihubungi Suara Islam Online, Rabu (25/11/2015).
Menurutnya, ceramah Habib Rizieq isinya hanya ingin menyelamatkan
umat Islam Purwakarta dari berbagai hal yang mengarahkan pada perusakan
akidah. "Kami punya bukti rekaman ceramah yang utuh, kemudian video
berdurasi 43 detik yang dianggap melecehkan itu bisa saja diedit dan
dengan sengaja poinnya diarahkan kedalam fitnah besar," kata Kyai Kohar.
Ia menjelaskan, yang dipermasalahkan sebenarnya itu adalah upaya
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang sedang mengkampanyekan salam
'sampurasun' sebagai ganti 'assalamualaikum'. Itu yang dianggap sedang
meracuni akidah umat Islam. Karena itulah, para ulama di Purwakarta
menilai tindakan Bupati yang sedang meracuni akidah itu dikatakan
sebagai 'campur racun'.
"Kata-kata 'campur racun' sendiri itu keluar dari para ulama
Purwakarta dalam diskusi sebelum ceramah Habib Rizieq, saya jadi
saksinya karena ikut disitu," ungkapnya.
Jadi, kata dia, ajakan dari Bupati Dedi yang mengkampanyekan
'sampurasun' untuk menggeser 'assalamuaikum' itu adalah racun yang bisa
meracuni akidah umat Islam, sehingga muncullah kata-kata dari para ulama
Purwakarta yaitu 'campur racun' itu.
"Jadi bukan plesetan 'sampurasun' jadi 'campur racun' dalam konteks
menghina sapaan sunda, bukan itu. Maksudnya kampanye Bupati Dedi yang
mengkampenyekan 'sampurasun' sebagai pengganti 'assalamualaikum' yang
diperintahkan Allah dan RasulNya itulah yang dianggap para ulama
Purwakarta sebagai racun akidah," jelasnya.
Salam 'sampurasun' sendiri itu tidak ada masalah. "Selama budaya
tidak melanggar akidah dan syariat itu baik-baik saja," ucapnya.
Oleh karena itu, Kyai Kohar sudah menyampaikan kepada pengurus DPW
FPI Purwakarta agar mendatangi pihak pelapor untuk klarifikasi. Kepada
pihak pelapor, Kyai Kohar juga menyerukan agar mengedepankan tabayyun terlebih dahulu sebelum bertindak.
"Harus dipastikan bahwa ini jangan sampai ditunggangi oleh pihak
ketiga yang bisa memanfaatkan suasana adu domba antara adat dengan
syariat," pungkasnya.
red: adhila
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !