Headlines News :
Home » » Nama Sugeng yang penuh kesan dan meraih Rekor MURI

Nama Sugeng yang penuh kesan dan meraih Rekor MURI

Written By jariliar on Wednesday, February 25, 2015 | 3:58 AM

Ada sebuah desa ada banyak pemilik nama...Dibalik nama Sugeng ..ternyata mengandung banyak arti juga....Bahkan nama Sugeng mendapatkan Rekor MURI....
apa kamu bernama.. SUGENG..atau saudara,teman,tetanggamu ada yang namanya SUGENG...??

 Silahkan ajak mereka Gabung..di Paguyuban Sugeng...
Facebook : Para Sugeng
 

Cerita Terkait Desa SUGENG :
Goa Corogan Peninggalan Laskar Diponegoro
Jumat, 19 September 2014 15:53:45 | 3422 Views
Pewarta: Indra Setiawan

Doc : antarajatim.com
Jauh sebelum para pahlawan Indonesia membebaskan tanah Nusantara dari cengkeraman penjajah Belanda, Pangeran Diponegoro telah berusaha mengusir penjajah ketika awal dimulainya kegiatan penjajahan oleh kolonial Belanda di Pulau Jawa.
Ia lahir di Yogyakarta 11 November 1785, memiliki nama kecil Mustahar dan nama gelar kerajaannya adalah Raden Mas Ontowiryo, Pangeran Diponegoro merupakan anak dari Sultan Hamengkubuwono III. Hingga akhirnya beliau mendapatkan julukan sebagai Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro akhirnya terpanggil untuk melakukan perlawanan kepada Belanda dengan menghimpun kekuatan dari masyarakat sipil. Memanfaatkan karisma yang dimilikinya, Pangeran Diponegoro berhasil meyakinkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan perlawanan yang dipimpin langsung olehnya.
Perlawanan rakyat yang awalnya dilakukan oleh Pangeran Diponegoro akhirnya menyebar hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa. Hingga akhirnya dikenal Perang Diponegoro selama 5 tahun sejak 1825-1830 yang ketika itu benar-benar membuat kewalahan kolonial Belanda dan dapat disebut sebagai perang terbesar di Pulau Jawa ketika itu, bahkan tidak ada yang menduga akan terjadi perang dalam waktu yang sangat lama dan area perang yang begitu luas.
Seperti yang diceritakan oleh Mismandono Kepala Desa Sugeng, Kecamatan Trawas, Mojokerto menyebutkan, di sisi lain Laskar Pangeran Diponegoro tetap melanjutkan perjuangan di daerah-daerah dengan pantang menyerah, walaupun Pangeran Diponegoro telah wafat dan sisa-sisa pengikut setianya kurang lebih 1 pleton sebagian lari ke daerah Jawa Timur dengan membawa logistik yang diamanatkan kepada sisa laskar tersebut.
Dan di antara pimpinan laskar yang menonjol sebagi pengawal logistik Pangeran Diponegoro adalah Ki Danu Rejo, Ki Abdul Jalil, Ki Abdul Rochim konon beliau dari rakyat Kerajaan Mataram orang yang dipercaya Pangeran Diponegoro untuk mengawal atau membawa logistiknya.
"Mereka melakukan perjalanan dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur pada sekitar tahun 1865 menghindari dari pengejaran kolonial belanda. Perjalanannya menyusuri sungai Bengawan Solo dan ketika sampai di Jawa Timur tepatnya Mojokerto selatan mereka berempat dan pengikut setianya istirahat beberapa hari di daerah yang masih hutan belantara tersebut," ungkapnya.
Dan mereka, kata dia, sepakat melanjutkan perjalanan menuju ke utara, namun Ki Danu Rejo tidak ikut melanjutkan perjalanan karena Ki Danu Rejo (yang sekarang Sunan Pangkat) dan pengikutnya memilih tinggal di daerah tersebut yang belum ada penghuninya, sampai akhirnya wafat dan dimakamkan di daerah tersebut yang dinamakan Desa Pacet, Mojokerto.
Sementara itu, lanjut dia, Ki Abdul Jalil dan Ki Abdul Rochim melanjutkan perjalanannya melewati lembah lereng Gunung Penanggungan.
Mereka berdua tetap terus berjalan dengan sisa laskar Pangeran Diponegoro yang masih tinggal beberapa orang, menyusuri jejak sungai lewat bebatuan yang terjal di bagi dua poros ke Utara dan ke Barat lalu istirahat beberapa saat di bawah pohon yang sangat rindang dan teduh, karena di tempat tersebut masih kurang aman dari pengejaran kolonial Belanda.
"Akhirnya mereka bergeser 700 meter keselatan sembunyi sambil membuat Goa Corogan dengan kedalaman 20 meter, sampai berhari-hari mereka bersembunyi di dalam Goa yang ada di Desa Sumber, Kecamatan Trawas, Mojokerto," paparnya.
Goa tersebut, kata dia, masih ada hingga sekarang dan di dalamnya ada aliran air untuk kehidupan masyarakat setempat, akhirnya kolonial Belanda tidak bisa menemukan mereka semua sisa laskar Pangeran Diponegoro tersebut, karena selamat dari pengejaran dan pengepungan kolonial Belanda hingga daerah tersebut dinamakan Desa Sugeng, artinya Selamat.
"Sampai akhirnya Ki abdul jalil dan sahabatnya Ki abdul Rochim wafat dan dimakankan oleh pengikutnya di tempat pohon yang rindang pada peristirahatan pertama," tuturnya.
Ia mengatakan, dari cerita rakyat leluhur beliau berdua punya pemeliharaan seekor macan putih dan seekor "naga".
"Tiap tahun kami berikan sedekah bumi berlangsung hingga saat ini," tambahnya.
Ia mengatakan, pada saat melakukan sedekah bumi, juga melakukan kegiatan pagelaran wayang yang berada di depan goa tersebut.
Batu Wayang
Tidak hanya Goa Corogan yang menjadi daya tarik di lokasi tersebut, tepat di bawah mulut goa juga terdapat "batu wayang" yang diyakini sebagai tempat petilasan dari pengikuti Pangeran Diponegoro.
"Di batu tersebut, diyakini sering muncul gambar tokoh pewayangan Arjuna pada waktu-waktu tertentu, dan pada saat batu tersebut disiram dengan menggunakan air bunga," tuturnya.
Ia sendiri tidak mengerti kenapa batu tersebut mengeluarkan gambar wayang yang ada di dalam batu. Tetapi yang jelas, kalau pada bulan Sura pada penanggalan Jawa, batu tersebut pasti mengeluarkan gambar wayang. Sementara pada hari-hari biasa tidak terlihat gambar tersebut.
Di desa tersebut, tidak hanya satu goa saja yang bisa ditemui melainkan ada dua goa yang satunya berada sekitar 500 meter dari Goa Corogan. Di lokasi ini, memang jarang didatangi pengunjung karena lokasinya yang sangat curam, di bawah jurang.
"Warga masyarakat meyakini jika aliran air yang berasal dari dalam goa tersebut debit airnya sedikit maka ada warga masyarakat yang sedang bertengkar atau juga sedang mengalami masalah," ceritanya.
Di lokasi goa tersebut juga sempat ditemukan arca dan juga barang-barang peninggalan zaman dahulu seperti koin emas dan juga guci serta artefak lainnya.
"Namun, karena tangan-tangan jahil kini peninggalan tersebut sudah tidak ada lagi," pungkasnya.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Rudi Hartono dari Koramil Trawas yang menyebutkan masih banyak orang yang ingin mencari berkah dengan bersemedi di lokasi tersebut.
"Lokasi ini memang belum banyak diketahui orang, dan saat ini masih sebatas informasi dari mulut ke mulut saja," katanya.
Untuk akses ke lokasi goa tersebut, agak sulit yakni dari arah Mojosari mengambil arah Trawas. Baru sekitar 15 kilometer kemudian sampai di SDN Jatijejer Trawas. Dari lokasi tersebut akan ditemukan jalan makadam sepanjang tiga kilometer hingga akhirnya sampai di Desa Sugeng.
Lokasi desa yang berpenduduk kurang dari seribu jiwa ini memang sedikit terpencil karena berada di bawah lereng Gunung Penanggungan. Sesampai di Desa Sugeng, masih harus ditempuh lagi dengan jalan kaki sepanjang dua kilometer menyusuri jalan setapak yang ada di lereng gunung dan sampai di lokasi Goa Corogan.(*)
Redaktur: Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

INFO MOBIL TERBARU 2023 KLIK

KiosTOP

KiosTOP
VOUCHER FREE

Aplikasi TOP

Aplikasi TOP
Tips Trick

KiosTop

KiosTop
Online Shop

Cek Resi Pengiriman

BATU MULIA LANGKA

BATU MULIA LANGKA
Klik gambar : Mudah,Aman,Terpercaya

Ramalan Cuaca


counter

Iklan FB

Mau Jadi Admin ATM...???

Mau Jadi Admin ATM...???
Klik Gambar..Kereeen..
RAHASIA 100% GRATIS>>Salam Sukses

Translate

Wikipedia

Search results



Enter a long URL to make tiny:



 
Support : Promo Free | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. JARI LIAR - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Petualang Online
Proudly powered by Blogger